TARAKAN-Meski pihak yang berwajib terus melakukan pencegahan masuknya daging illegal, khususnya daging jenis Alana dari India, yang dijual kembali oleh pihak Malaysia ke Indonesia, namun peredaran daging tersebut hingga kini masih ada dipasaran. Bahkan peredaran daging ini juga dianggap merugikan para penjual daging sapi lokal.
“Dengan banyaknya daging Malaysia tersebut, dagangan kami susah laku. Bagaimana tidak, daging ilegal tersebut dijual hanya dengan harga Rp 40 ribu, sedangkan daging lokal kami jual sekitar Rp 70 ribu. Kan merusak harga pasar,” ungkap Mulyati, penjual daging sapi lokal di pasar Gusher.
Mulyati yang juga mempunyai bisnis jagal sapi juga merasakan dampak peredaran daging ilegal tersebut secara langsung. “Kalau dulu kami bisa potong sapi 2 hingga 3 ekor sehari, kini 1 ekor saja belum tentu habis dalam sehari,” katanya. Ditambahkan, kemungkinan adanya indikasi orang-orang “kuat” terlibat peredaran daging tersebut, sehingga daging tersebut gampang bisa masuk ke Tarakan.
Selain dianggap merugikan para pedagang, kesehatan daging tersebut juga tidak ada jaminan. Pasalnya daging jenis Alana asal India ini masih belum dinyatakan bebas dari penyakit mulut dan kuku (PMK), sehingga keberadaanya bisa membahayakan kesehatan manusia. Bahkan kalau penyakit tersebut menular kepada hewan ternak, daerah ini akan di black list sebagai penyebar PMK, dan secara nasional akan merugikan bangsa ini.
Menanggapi keluhan ini, Kepala Kantor Satpol PP dan Perlindungan Masyarakat kota Tarakan, Dison SH menyatakan bahwa pihaknya terus berupaya melakukan penertiban peredaran daging ilegal tersebut. “Daging tersebut kami anggap berbahaya, karena peredarannya tidak melalui pemeriksaan kesehatan yang standar. Kalau daging lokal sudah jelas, benar-benar sudah diperiksa oleh dinas kesehatan maupun dari karantina hewan. Kalau tidak kita kontrol, maka akan berbahaya bagi kesehatan masyarakat yang mengonsumsi daging tersebut,” jelasnya.
Dijelaskan Dison, bentuk pengawasan yang dilakukan pihaknya itu dilakukan secara terbuka maupun tertutup. “Kalau pengawasan terbuka kita lakukan razia bersama-sama dengan instansi terkait, sedangkan kalau tertutup intel kita yang melakukan penyelidikan ke lapangan,” tuturnya.
SUMBER : SKH RADAR TARAKAN, SELASA, 08 SEPTEMBER 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar anda ...