Senin, 29 Agustus 2011

DEMI 20 RIBU, 2 WARGA PINGSAN




#POLPPTARAKAN_INFO :

Pembagian dana santunan Lebaran untuk fakir miskin dan kaum dhuafa yang dilaksanakan Pemerintah Kota Tarakan kemarin (28/8) ricuh. Seperti tak pernah belajar dari pengalaman sebelumnya, Bagian Sosial Setkot Tarakan tetap memilih pembagian santuan Lebaran dengan pola pemusatan massa pada satu lokasi. Entah apa tujuan dan maksud di balik kegiatan tersebut, yang jelas dalam setiap pelaksanaannya, selalu saja warga kalangan menengah ke bawah yang menjadi korbannya.
Kemarin (28/8), Ruang Lubung sekali lagi menjadi pemusatan penyaluran santuan Lebaran. Diperkuat 31 personel Satpol PP dan 40-an personel Kepolisian sebagai pengaman, pembagian santunan Lebaran pun dimulai sejak pukul 09.00. Panitia pembagian santunan menyediakan 11 meja pelayanan, yang beberapa di antaranya diperuntukkan untuk pelayanan pembagian santunan Lebaran bagi anak-anak.
Bagi warga yang ingin mendapatkan santunan Lebaran, harus bersedia mengantre di dua pintu masuk yang sepenuhnya dikawal ketat aparat kepolisian dan Satpol PP. Warga juga harus menyediakan fotokopi tanda pengenal yang dibuat di Tarakan, sebagai bahan pembenaran bahwa yang bersangkutan warga Tarakan.
Entah sudah terkoordinasi dengan baik atau tidak, yang pasti warga entah orangtua, dewasa, remaja hingga anak-anak dan balita yang mengaku warga kurang mampu memadati pelataran pintu masuk menuju ke meja pelayanan. Jumlahnya mencapai 4 ribu jiwa.
Jerit tangis bayi dan balita yang dibawa serta orangtuanya, turut memanaskan suasana antrean yang memang sudah dipengapkan hawa tubuh ribuan warga. “Saya di sini sejak pukul setengah 7 pagi, bersama istri dan tiga orang anak saya,” kata Amir (37), salah seorang pengantre yang mengaku tinggal di RT 7 Kelurahan Selumit saat ditemui Radar Tarakan di lokasi pembagian santunan Lebaran kemarin pagi.
Setelah berdesak-desakan di pintu masuk, warga yang berhasil menembus barikade pengamanan aparat diminta lagi untuk mengantre di depan meja pelayanan. Tak sedikit, warga yang terlihat berkeringat dingin dan mengaku tak kuat lagi berdiri karena hampir pingsan. Beruntung, mereka tetap berpuasa. “Sialnya, hingga pembagian ditutup (dihentikan,Red.) istri dan anak saya tidak juga berhasil masuk ke dalam. Bagaimana ini, apa memang niat membantu orang susah atau tidak?” ujar Amir lagi.
Parahnya, apa yang dialami warga tersebut tak sebanding dengan nilai santunan yang diterima mereka. Padahal, rata-rata warga sudah mengkhayalkan mendapat amplop yang di dalamnya berisi satu lembar uang Rp 50 ribu atau lebih baik lagi Rp 100 ribu. “Tahun lalu, kami merasa lebih dihargai dan tidak kecewa karena tiap satu orang mendapatkan Rp 50 ribu (bagi orang dewasa, red.). Tahun ini kok dipukul rata Rp 20 ribu per orang. Ini cukup buat beli bensin eceran saja,” keluh pria yang kaki kanan mengalami kecacatan sejak lahir tersebut.
Usai menerima amplop, warga diminta untuk menorehkan jarinya kedalam tinta bekas Pemilu 2009 lalu, sebagai bukti bahwa ia sudah menerima santunan.  Sejam lebih setelah pembagian, entah apa sebabnya, panitia di meja pelayanan mulai membubarkan diri tanpa memberikan informasi kepada warga yang masih mengantre. Informasinya, uang yang digunakan untuk menyantuni telah habis. Informasi lainnya, panitia terpaksa menghentikan karena khawatir uang yang tersisa tak mampu mengimbangi jumlah warga yang mengharapkan santunan. Sampai berita ini disampaikan, pihak Bagian Sosial Setkot Tarakan belum bersedia dikonfirmasi terkait kejadian tersebut, termasuk belum juga mempublikasi besaran anggaran yang digunakan untuk kegiatan tersebut. Namun, informasi yang beredar anggaran yang disiapkan sekira Rp 300 juta.
Setelah 10 menit menunggu, akhirnya perwakilan panitia pembagian pun mengumumkan bahwa prosesi pembagian santunan Lebaran dihentikan dan tidak akan dilanjutkan pada hari ini (29/8) seperti informasi yang tersebar.
Kejadian ini dilakukan beberapa saat setelah didapati ada seorang warga yang pingsan tak sadarkan diri karena kelelahan mengantre. Informasinya, warga tersebut dalam keadaan berpuasa. Ironisnya, warga tersebut tidak mendapatkan bantuan medis melainkan upaya swadaya aparat.
Dari informasi Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dinsosnaker) Kota Tarakan Tajuddin Tuwo yang melihat langsung prosesi pembagian santunan, ketiadaan tenaga medis tersebut dikarenakan sebelumnya panitia tak berkoordinasi dengan PMI atau rumah sakit terdekat untuk mendapatkan bantuan medis.
“Saya ke sini pun sebenarnya dihubungi pihak kepolisian yang meminta bantuan ambulans PMI. Saya tidak tahu kalau ternyata ada pembagian santunan Lebaran seperti ini,” ucap Tajuddin Tuwo.
Setelah beberapa saat, akhirnya dua mobil ambulans (milik PMI dan RSUD Tarakan) tiba di parkir gedung Serbaguna. “Informasinya ada dua korban (pingsan, red.). Keduanya dapat diobati di tempat dan sudah mulai membaik. Jadi, tak perlu perawatan lanjutan ke rumah sakit,” jelas pria yang mengepalai Bidang Penanggulangan Bencana PMI Cabang Kota Tarakan ini.


KURANG EFEKTIF, DANA SANTUNAN TERSIA-SIA

Prosesi pembagian santunan Lebaran Pemkot Tarakan yang dikoordinir Bagian Sosial Setkot Tarakan, tahun ini cukup memilukan. Selain tak santunnya prosesi antrean yang tak membedakan anak dan orang dewasa, juga nilai santunan mengalami penyusutan signifikan dari tahun sebelumnya-Rp 50 ribu per jiwa (2010) menjadi Rp 20 ribu per jiwa (2011). Keadaan ini mengecewakan banyak pihak, tak hanya warga miskin yang memang menjadi sasaran dari program pemberian santunan Lebaran tersebut.
Walikota Tarakan Haji Udin Hianggio menilai, prosesi pembagian santunan Lebaran tersebut sebenarnya memiliki tujuan baik. Hanya saja, dalam pelaksanaannya belum dilakukan dengan baik oleh panitia yang diberi tanggungjawab. Hasilnya, pembagian santunan Lebaran terkesan asal bagi, tanpa memperjelas mana yang wajib mendapatkan dan mana yang tidak.
“Saya sudah berulang kali menganjurkan agar pembagian santunan Lebaran seperti ini dilakukan secara terkoordinir melalui lembaga penyalur yang memang sudah terbukti kehandalannya menyalurkan santunan,” tandas Haji Udin-sapaan Walikota Tarakan ketika ditemui Radar Tarakan di rumah jabatan Walikota Tarakan, kemarin siang.
Salahsatu lembaga penyalur zakat, infak dan sedekah serta santunan bagi kaum fakir dan dhuafa yang mendapat tempat di hati Haji Udin adalah Badan Amil Zakat (BAZ) Kota Tarakan. Dari itu, Haji Udin pun menegaskan agar pada penyaluran santunan Lebaran tahun depan dapat dikelola BAZ. “Saya harap Bagian Sosial dapat segera berkoordinasi dengan BAZ atau pihak terkait lainnya untuk membicarakan masalah ini. Pemahaman yang searah soal penyaluran santunan fakir miskin yang lebih santun dan terhormat, akan membawa pada kebaikan umat dan Kota Tarakan tentunya,” jelas Haji Udin lagi.
“Kalau caranya masih seperti ini, maka anggaran untuk santunan Lebaran Pemkot ini akan tersia-sia karena yang mendapatkan bukan yang berhak. Lihat saja, masa ada warga yang naik mobil atau motor bagus mendapatkan santunan Lebaran. Sementara yang selayaknya mendapatkan, seperti jompo tua, anak yatim dan fakir miskin tersisihkan,” imbuh pria yang sempat menjabat Ketua DPRD Kota Tarakan ini.
Pria yang selalu mendengungkan pentingnya pejabat memiliki akhlak dan moral yang baik tersebut, juga menyayangkan adanya warga yang sampai jatuh pingsan pada saat mengantri. Plus besaran santunan yang dinilainya sangat tidak sesuai dengan jerih payah warga.
Sementara itu, Direktur Eksekutif BAZ Kota Tarakan Syamsi Sarman turut menyayangkan masih diterapkannya pembagian santunan Lebaran Pemkot Tarakan dengan cara pemusatan massa. Padahal, sejak 2010, BAZ telah menyatakan kesiapan untuk mengelola santunan Lebaran Pemkot yang dikoordinir Bagian Sosial Setkot Tarakan tersebut dengan cara lebih elegan. “Entah kenapa kok sampai tahun ini, belum juga dialihkan saya tak bisa menjawabnya. Tapi, dengan komitmen Walikota Tarakan yang siap memberdayakan BAZ untuk mengelola santunan Lebaran tersebut, kami optimis tahun depan penyaluran santunan Lebaran ini lebih baik,” kata  Syamsi yang ditemui Radar Tarakan di ruang kerjanya kemarin sore.
Salahsatu bentuk kesiapan BAZ untuk mengelola santunan Lebaran Pemkot tersebut, adalah tawaran konsep pengelolaan dan ketertiban administrasi yang menjamin terselenggaranya penyaluran santunan Lebaran sesuai dengan aturan yang berlaku. “Kalau memang diperlukan, kami akan ajukan konsep kepada Bagian Sosial yang kemudian akan dibahas bersama antara pihak terkait sehingga kepentingan kedua belah pihak terwakili,” jelas Syamsi. “Dan, kami pun akan menyiapkan dua jenis dokumen penyaluran yang akan ditandatangani penerima santunan, satu untuk administrasi BAZ dan satu lagi untuk Bagian Sosial,” tambahnya.
Lanjutnya, santunan Lebaran Pemkot Tarakan dapat menjadi dana tambahan untuk santunan fakir miskin dan kaum dhuafa yang terdata oleh BAZ Kota Tarakan. Diperkirakan, tiap tahun anggaran santunan Lebaran Pemkot tersebut mencapai Rp 300 juta. “Kalau memang mau pakai data BAZ, maka jumlah yang akan menerima sekira 11.500 jiwa. Dengan batasan, satu keluarga hanya lima orang (ayah-ibu dan tiga orang anak, red.),” tandas Syamsi.
Nilai santunan yang akan disalurkan, bisa mencapai Rp 150 ribu perjiwa. “Itu dari dana BAZ (Rp 125 ribu perjiwa) dan tambahan anggaran santunan Lebaran Pemkot Tarakan (estimasi Rp 25 ribu perjiwa). Itupun jika memang Bagian Sosial menerima saran Walikota Tarakan,” urainya.
Warga miskin dan kaum dhuafa di Kota Tarakan, diakui Syamsi, akan mendapat pelayanan selayaknya dari BAZ Kota Tarakan. “Dalam penyalurannya nanti, kita akan melibatkan ketua RT dan pengurus Masjid sehingga lebih tepat sasaran dan lebih terhormat,” tukasnya.(ndy)



SUMBER KUTIPAN :
TERBIT Senin, 29 Agustus 2011

SUMBER GAMBAR : TIBDIK - POLPP TARAKAN

LAYANAN PENGADUAN SETIAP HARI 1 X 24 JAM 
SATPOL PP KOTA TARAKAN : 
TELEPON (0551) 32492 ATAU (0551) 5500655 
SMS (PESAN SINGKAT) KE (0551) 5500655 

BLOG INI DAPAT DIAKSES MELALUI
HANDPHONE (MOBILE VERSION)
KLIK DISINI : MOBILE VERSION

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar anda ...